Jumat, 08 Januari 2016

Contoh kasus etika bisnis bab 1-5



BAB 1
Contoh Kasus :  Etika Moral

Malang, gadis dikubur hidup hidup ayah sendiri

Citizen6, Jakarta Masalah kekerasan terhadap perempuan akhir-akhir ini memang menjadi sorotan. Bukan saja disebabkan makin beragamnya kasus kekerasan yang dialami perempuan, namun intensitasnya pun makin mengkhawatirkan.
Sayangnya, kekerasan terhadap perempuan ini masih kerap terjadi di Indonesia hingga dialami para perempuan di penjuru dunia. Menurut data dari Komnas Perempuan tahun 2013, diketahui telah terjadi 279.760 kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.
Tindak kekerasan perempuan ini bahkan dilakukan oleh orang-orang terdekat dan umumnya pelaku adalah laki-laki. Nah, baru-baru ini juga terjadi kasus yang dialami seorang anak perempuan berusia 10 tahun di Tripura, India yang dikubur secara hidup-hidup oleh ayahnya, dilansir viralnova.com pada Jumat (23/1/2015).
Diketahui, perbuatan keji itu dilakukan oleh Abdul Hussein yang sengaja mengubur putrinya di sebuah taman dekat rumah. Kejadian berlangsung saat sang istri pergi keluar rumah, dengan cepat Hussein melancarkan aksinya dengan mengikat tangan dan menutup mulut sang anak lalu mulai menguburnya.
Tak lama kemudian istri Hussein pulang dan segera menanyakan keberadaan putrinya, beruntungnya si anak diselamatkan oleh tetangga yang mendengar tangisan seorang gadis dan segera menyelamatkannya. Mengetahui aksi Hussein, para tetangga pun langsung melaporkan kasus tersebut ke polisi terdekat.
Polisi pun langsung menangkap Hussein setelah ia dipukuli oleh tetangganya. Hussein dinyatakan telah melakukan percobaan pembunuhan dan sampai saat ini belum diketahui motifnya.











BAB 2

Contoh Kasus :  Teori Etika Moral
                                          
Taman Rusak karena Es Krim Gratis, Walikota Risma Marah Besar
Liputan6.com, Surabaya - Acara bagi-bagi es krim di Taman Bungkul Surabaya, Jawa Timur sekitar pukul 06.00 WIB, membuat marah Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Sebab, taman yang pernah mendapatkan penghargaan dari PBB tersebut rusak parah.

Tri Rismaharini mengatakan, akan menuntut secara hukum pihak panitia karena acara Wall's Ice Cream Day yang diselenggarakan di Taman Bungkul, Surabaya, Minggu (11/5/2014), merusak taman kota yang telah susah payah ia bangun bersama warganya.
Dengan penuh amarah, Risma mendatangi stand panitia sambil memarahi mereka karena telah merusak taman yang dia bangun dengan dana miliaran dan juga waktu yang tidak sebentar.

"Kalian tidak punya izin ngadain ini, lihat semuanya rusak! Kami bangun ini nggak sebentar, biayanya juga nggak sedikit. Kalian seenaknya merusak. Saya akan tuntut kalian!" seru Risma sambil meninggalkan panitia Wall's yang terlihat kaget.
Namun, hal yang berbeda diungkapkan pihak panitia, terkait perizinan. Panitia mengaku telah mendapat izin, baik dari Pemerintah Kota (Pemkot), Polrestabes, dan juga Dinas terkait untuk mengadakan dan mengamankan acara.

"Izin kami sudah dapat kok. Sedangkan taman yang rusak saat ini kami sedang mendata dan akan mengganti rugi," kata Kanania Radiatni, Assisten Manager Wall's Ice Cream sebelum kedatangan Risma.
Wall's Ice Cream Day yang diselenggarakan Unilever digelar serentak di 6 kota besar, salah satunya Kota Surabaya. Dalam acara itu, mereka membagikan es krim gratis kepada warga dengan cara menukar kupon yang sebelumnya telah disebar.

Acara dimulai pukul 06.00 WIB tadi pagi dan langsung dibubarkan sejam kemudian, sekitar pukul 07.00 WIB oleh Dinas Pertamanan karena kerumunan masyarakat merusak taman kota dan menimbulkan kemacetan total.
Meski demikian, masyarakat masih terus berdatangan hingga pukul 10.00 WIB dan memadati seluruh ruas jalan yang menuju ke Taman Bungkul. Baik itu jalan protokol dari perempatan Darmo hingga perempatan Wonokromo, maupun jalan-jalan kecil di sekitar di antaranya, Progo, Jalan Serayu, Ciliwung, Cimanuk, hingga Jalan Diponegoro juga kena imbas macet.
Sementara itu, sesaat setelah kedatangan Risma, tenda Wall's sudah dibongkar dan panitia sudah tak terlihat di lokasi. (Yus)

BAB 3
Contoh Kasus : Etika Bisnis Yang Bersumber dari Agama
SDM Industri Syariah Indonesia Harus Terus Ditingkatkan
EKONOMI                             
 12 November, 2015 - 15:50
JAKARTA, (PRLM).- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad mengatakan, Sumber Daya Manusia (SDM) industri syariah Indonesia harus terus ditingkatkan. Hal itu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang diyakini akan bisa menjadi sumber alternatif pembiayaan infrastruktur.
"Karena sejak 2008, industri keuangan berbasis hukum Islam ini rata-rata tumbuh 17,5 persen per tahun. Diperkirakan sampai akhir tahun volume aset finansial yang sudah diatur sesuai prinsip-prinsip syariah mencapai lebih 2 triliun dolar AS," kata Muliaman saat membuka International Conference on Islamic Finance 2015 di Jakarta, Kamis (12/11/2015).
Acara tersebut digelar OJK bersama World Bank dan Islamic Development Bank (IDB), dengan tema “Infrastructure Financing: The Unleashed Potential of Islamic Finance”.
Hal itu, ujarnya, mengingat keuangan syariah sudah menjadi bagian signifikan di ekonomi global dalam perkembangan keuangan dunia. "Artinya, kami membutuhkan ahli keuangan perbankan, sindikasi keuangan, atau pembiayaan sukuk dari capital market. Termasuk ahli dalam manajemen risiko keuangan, seperti mitigasi risiko dari asuransi," katanya.
Selain itu, lanjut Muliaman, penciptaan produk keuangan syariah sesuai karakter pembiayaan infrastruktur. Hal ini menjadi penting, mengingat Indonesia berpenduduk mayoritas Islam, namun berasal dari beraneka ragam suku.
"Kami butuh skala institusi keuangan syariah yang besar dengan modal yang kuat, untuk skala keuangan yang besar dan proyek infrastruktur yang lebih panjang. Dalam hal ini, berbagai langkah harus diselesaikan," tambahnya.
Disamping itu, Muliaman sangat berharap agar Pemerintah Daerah (Pemda) bisa mengoptimalkan dana publik melalui penerbitan obligasi untuk pembiayaan insfrastruktur di wilayahnya masing-masing.
“Selama ini pembiayaan infrastruktur di daerah lebih banyak dari sumber pembiayaan tradisional, seperti APBN, APBD dan kredit perbankan. Padahal dana tersebut bisa dihindari jika Pemda menerbitkan obligasi," urainya
Muliaman mengatakan, adanya tren perbaikan sejumlah indikator makroekonomi domestik diharapkan menjadi momentum awal bagi para stakeholder untuk mengoptimalkan pencarian sumber pembiayaan infrastruktur nontradisional. (Satrio Widianto/A-147)***



BAB 4

Contoh Kasus :  Privasi Konsumen


Sumber : Kompas.com
Di akses : Sabtu, 14 Nopember 2015

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebuah artikel di internet mengangkat tentang dugaan pelanggaran privasi yang dilakukan pengojek berbasis aplikasi. Salah satu pelanggaran adalah memanfaatkan nomor kontak pelanggan untuk hal negatif.

Apa kata para pengguna ojek aplikasi tentang hal tersebut?

Riska (24), salah satu pengguna ojek aplikasi, mengatakan, selama tiga bulan memakai ojek aplikasi, ia belum pernah mengalami hal tak menyenangkan.

"Selama ini sih aman-aman saja," kata Riska kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (8/9/2015). (Baca: Pengemudi Ojek Aplikasi Bicara tentang Privasi Pelanggan)

Karyawati swasta itu menyadari nomor teleponnya memang akan diketahui pengojek yang diordernya. Ini diperlukan agar pengojek dapat menghubungi pelanggan untuk mengetahui posisi bertemu.

"Pertama saya juga kaget waktu tukang ojeknya telepon terus tahu nama saya. Terus baru ingat, oh iya kan data saya tersimpan di aplikasinya," ujar Riska.

Namun, dia mengaku tidak begitu khawatir soal pelanggaran privasi. Sebab, kata Riska, kalau pun terjadi hal tersebut, dia tak akan menanggapinya. Selain itu, dia memilih melaporkan ke perusahaan layanan ojek aplikasi tersebut. (Baca: Pengojek Berbasis Aplikasi Buka-bukaan soal Order Fiktif untuk Raup Untung)

"Kalau pun ada yang iseng, ya tinggal cuekin saja, terus laporkan lewat aplikasinya. Lagian, asal sudah tahu kalau ada yang enggak jelas, ya enggak usah ditanggepin," ujar Riska.

Aprilia (26), pelanggan ojek aplikasi lainnya, mengatakan akan melaporkan jika ada pengojek yang melakukan pelanggaran privasi. "Lapor saja sama kantornya kalau iseng," ujar Aprilia. (Baca: Soal Privasi Data Penumpang, Ini Pengakuan Pengemudi Go-Jek)

Karyawati yang tinggal di Bekasi itu awalnya memang khawatir. Namun, lanjutnya, tak ada pilihan lain karena mau tidak mau nomor teleponnya akan tersebar bila memanfaatkan jasa ojek aplikasi.

"Awalnya khawatir, tetapi ya sekarang percaya saja deh. Ya habis kalau enggak pakai nomor HP, bisa komunikasi (sama pengojek) lewat apa lagi," ujarnya.
Penulis
: Robertus Belarminus
Editor
: Desy Afrianti


BAB 5
Contoh Kasus : Persaingan Sempurna
Harga Daging Sapi Masih Tinggi di Pasar TradisionalCopy Link
Sejumlah pedagang daging sapi menyebutkan, kenaikan harga akan terjadi lagi empat hari menjelang Lebaran, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (24/7/2014) (Liputan6.com/Miftahul Hayat)
Liputan6.com, Jakarta - Harga daging sapi di pasar tradisional hingga saat ini masih terhitung tinggi. Padahal sebelumnya para pedagang sempat menggelar mogok berjualan daging pada 9-12 Agustus 2015 lalu. Arman, salah satu pedagang daging sapi di PD Pasar Jaya Pasar Buncit, Jakarta Selatan mengatakan, sejak aksi mogok lalu, harga daging sapi tidak mengalami penurunan yang signifikan.
"Mogok kemarin tidak pengaruh, harganya daging tetap saja tinggi," ujar Arman saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (9/9/2015).
Dia mengungkapkan, sebelum para pedagang menggelar mogok pada bulan lalu, harga daging sapi berada pada kisaran Rp 140 ribu-Rp 130 ribu per kg. Sedangkan saat ini harga daging masih sebesar Rp 120 ribu per kg.
"Waktu itu saya jual Rp 130 ribu per kg, sekarang Rp 120 ribu. Cuma turun Rp 10 ribu. Daging kalau sudah naik memang susah turunnya," kata dia.Namun, berbeda dengan harga ayam potong. Meski sempat melakukan mogok berjualan pada 17-18 Agustus 2015 lalu, kini harga ayam potong turun dari Rp 40 ribu menjadi Rp 25 ribu-Rp 30 ribu per ekor.
"Ayam harganya turun, dibanding waktu itu sudah turun banyak. Sekarang Rp 25 ribu untuk yang kecil. Normalnya memang segitu," kata Laila, salah satu pedagang ayam potong PD Pasar Jaya Pasar Buncit, Jakarta Selatan. (Dny/Ahm)




Sumber :
kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar